My Blog List
Gunung Patuha - Kawah Putih Bandung
Gunung Patuha adalah gunung yang berada di Bandung Selatan, tepatnya di daerah Rancabali, Ciwidey. Objek wisata yang menarik dari gunung ini adalah Kawah Putih.
Pendakian Gunung Patuha telah direncanakan sejak awal April 2005, dan baru dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2005. Pendakian direncanakan dengan menebas hutan, saya tuliskan dalam email di kantor; dengan informasi tentang Kawah Putih yang saya tulis lebih banyak, supaya banyak teman yang bersemangat untuk ikut.Sesuai dengan perjanjian, kami berkumpul di kantor, jam 05.30; tetapi biasa kebiasaan buruk saya membuat tim menjadi terlambat.
Di kantor telah berkumpul teman-teman: Abdul Fattah, Arief, Fadli, Indarum, dan Wawan. Andriansyah, Ogun, dan Rusydan menunggu di terminal antar kota Leuwipanjang. Perjanjian bertemu di depan bus yang akan berangkat ke arah Ciwidey.
Tim berjumlah seluruhnya 9 orang. Tim dari kantor baru berangkat jam 06.10, sampai di Pasar Simpang Dago, saya belanja makanan kecil - odading - terlebih dahulu, karena belum makan pada saat berangkat dari rumah. Saya borong odadaing yang tersisa seharga 5 ribu rupiah.
Kami naik angkutan kota (angkot) Dago - Kalapa. Kebetulan, setelah melewati jalan Merdeka, isi angkot tersisa tim kami saja. Saya tanya kepada supir, apakah berani mengantar kami sampai ke Rancabali? Si supir, masih muda, berkata bahwa dia berani saja.
"Sabaraha?". (Berapa?).
"Kumaha Bapak wae", jawab supir. (Bagaimana bapak saja).
"Lima puluh rebu nya?", kata saya. (Lima puluh ribu ya..)
"Ulah sakitu atuh Pak, tambihan kanggo bensinna", kata supir. (Jangan segitu dong Pak, tambah lagi untuk bensinnya".
"Tos, genep lima", kata saya (Sudah enam puluh lima ribu saja).
Supir setuju.
"Ngan urang nyimpang heula ka Leuwi Panjang, da aya rerencangan anu ngantosan di ditu", kata saya. (Tapi kita harus ke terminal Leuwi Panjang terlebih dahulu, karena ada beberapa teman menunggu di sana).
Sepanjang jalan, saya dan Arief mencoba kontak teman-teman yang sudah menunggu di terminal, untuk segera menuju pinggir jalan, karena kita mencarter mobil angkot. Ogun dan Andri berangkat sendiri-senidri, sehingga kami mengontak secara orang per orang, karena ternyata mereka belum saling bertemu. Sebelum sampai di terminal, Andri berhasil dikontak dan suadh bergerak menuju pinggir jalan yang saya tentukan; tetapi Ogun tidak bisa dikontak-kontak; ternyata HP-nya di dalam tas, dan keadaan ramai sehingga tidak terdengar. So, kami belum ada kontak dengan Ogun. Rusydan dikontak ke HP-nya, ternyata ditinggal di rumah.
Sesampai di terminal Leuwi Panjang, saya coba kontak lagi Andri; karena ternyata salah tempat, dia berada di jalur seberang angkot kami. Ogun akhirnya berhasil dikontak juga, posisinya sudah tepat di depan bis yang akan berangkat ke Ciwidey. Kemudian kita bertemu di depan ATM Bank BCA yang ada di depan terminal Leuwi Panjang. Rusydan ternyata telah bertemu dengan Ogun, so, lengkap sudah tim kami.
Perjalanan dilanjutkan menuju Rancabali. Kami sekali berhenti untuk mengisi bensin, di daerah sebelum masuk ke Ciwidey.
Di Ciwidey, kami berhenti sebentar untuk membeli golok, makanan dan minuman bagi yang belum membawa bekal yang cukup.
Saya membeli 2 buah golok kerja orang kampung. 40 ribu rupiah dapat 2 golok, cukup murah, walaupun masih bisa ditawar lagi. Teman-teman masih belum sadar benar, mengapa saya memaksakan diri untuk membeli golok, karena beberapa kali naik gunung bersama saya tidak membawa peralatan seperti golok ini.
Setelah membeli golok, saya membeli dua botol air minum 600 ml, dan nasi bungkus dengan tahu dan tempe saja, karena saya tidak membawa bekal makanan selain sebungkus biskuit dan odading yang telah dimakan sebagian oleh teman-teman juga. Teman-teman lain tidak berminat membeli nasi bungkus, so hanya saya yang membawa nasi bungkus.
Dari Ciwidey kami melanjutkan perjalanan, ke arah Rancabali. Supir saya tanya, apakah mau menjemput kami nanti sore, sekitar jam 15-an; setelah saya mengetahui supir ini menjalankan mobil milik bapaknya, dan tidak dikejar target setoran. Supir menyanggupi. Saya kemudian memberitahukan ke lokasi mana dia harus menjemput. Pada saat melewati belokan ke arah Kawah Putih, saya memberitahu supir bahwa dia nanti sore harus masuk ke arah Kawah Putih, sekitar jam 15-an, dan biaya untuk masuk akan saya tambahkan. Kami sendiri tidak masuk ke Kawah Putih, karena kami akan mulai pendakian dari perkebunan teh Rancabali dan akan berakhir di Kawah Putih.
Sekitar 20-menitan dari Ciwidey, kami sampai di perkebunan teh Rancabali. Setelah mengamati daerah yang kami lalui, dengan melihat ke arah Gunung Patuha, maka saya meminta supir untuk berhenti di daerah belokan yang cukup datar, dan pemandangan ke arah Gunung Patuha cukup baik, walaupun pada saat itu Gunung Patuha sedang tertutup kabut; tetapi karena saya masih yakin dengan medan yang dulu saya kenal, semasa mahasiswa, sekitar 15 tahunan yang lalu.
Pendakian Gunung Patuha telah direncanakan sejak awal April 2005, dan baru dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 2005. Pendakian direncanakan dengan menebas hutan, saya tuliskan dalam email di kantor; dengan informasi tentang Kawah Putih yang saya tulis lebih banyak, supaya banyak teman yang bersemangat untuk ikut.Sesuai dengan perjanjian, kami berkumpul di kantor, jam 05.30; tetapi biasa kebiasaan buruk saya membuat tim menjadi terlambat.
Di kantor telah berkumpul teman-teman: Abdul Fattah, Arief, Fadli, Indarum, dan Wawan. Andriansyah, Ogun, dan Rusydan menunggu di terminal antar kota Leuwipanjang. Perjanjian bertemu di depan bus yang akan berangkat ke arah Ciwidey.
Tim berjumlah seluruhnya 9 orang. Tim dari kantor baru berangkat jam 06.10, sampai di Pasar Simpang Dago, saya belanja makanan kecil - odading - terlebih dahulu, karena belum makan pada saat berangkat dari rumah. Saya borong odadaing yang tersisa seharga 5 ribu rupiah.
Kami naik angkutan kota (angkot) Dago - Kalapa. Kebetulan, setelah melewati jalan Merdeka, isi angkot tersisa tim kami saja. Saya tanya kepada supir, apakah berani mengantar kami sampai ke Rancabali? Si supir, masih muda, berkata bahwa dia berani saja.
"Sabaraha?". (Berapa?).
"Kumaha Bapak wae", jawab supir. (Bagaimana bapak saja).
"Lima puluh rebu nya?", kata saya. (Lima puluh ribu ya..)
"Ulah sakitu atuh Pak, tambihan kanggo bensinna", kata supir. (Jangan segitu dong Pak, tambah lagi untuk bensinnya".
"Tos, genep lima", kata saya (Sudah enam puluh lima ribu saja).
Supir setuju.
"Ngan urang nyimpang heula ka Leuwi Panjang, da aya rerencangan anu ngantosan di ditu", kata saya. (Tapi kita harus ke terminal Leuwi Panjang terlebih dahulu, karena ada beberapa teman menunggu di sana).
Sepanjang jalan, saya dan Arief mencoba kontak teman-teman yang sudah menunggu di terminal, untuk segera menuju pinggir jalan, karena kita mencarter mobil angkot. Ogun dan Andri berangkat sendiri-senidri, sehingga kami mengontak secara orang per orang, karena ternyata mereka belum saling bertemu. Sebelum sampai di terminal, Andri berhasil dikontak dan suadh bergerak menuju pinggir jalan yang saya tentukan; tetapi Ogun tidak bisa dikontak-kontak; ternyata HP-nya di dalam tas, dan keadaan ramai sehingga tidak terdengar. So, kami belum ada kontak dengan Ogun. Rusydan dikontak ke HP-nya, ternyata ditinggal di rumah.
Sesampai di terminal Leuwi Panjang, saya coba kontak lagi Andri; karena ternyata salah tempat, dia berada di jalur seberang angkot kami. Ogun akhirnya berhasil dikontak juga, posisinya sudah tepat di depan bis yang akan berangkat ke Ciwidey. Kemudian kita bertemu di depan ATM Bank BCA yang ada di depan terminal Leuwi Panjang. Rusydan ternyata telah bertemu dengan Ogun, so, lengkap sudah tim kami.
Perjalanan dilanjutkan menuju Rancabali. Kami sekali berhenti untuk mengisi bensin, di daerah sebelum masuk ke Ciwidey.
Di Ciwidey, kami berhenti sebentar untuk membeli golok, makanan dan minuman bagi yang belum membawa bekal yang cukup.
Saya membeli 2 buah golok kerja orang kampung. 40 ribu rupiah dapat 2 golok, cukup murah, walaupun masih bisa ditawar lagi. Teman-teman masih belum sadar benar, mengapa saya memaksakan diri untuk membeli golok, karena beberapa kali naik gunung bersama saya tidak membawa peralatan seperti golok ini.
Setelah membeli golok, saya membeli dua botol air minum 600 ml, dan nasi bungkus dengan tahu dan tempe saja, karena saya tidak membawa bekal makanan selain sebungkus biskuit dan odading yang telah dimakan sebagian oleh teman-teman juga. Teman-teman lain tidak berminat membeli nasi bungkus, so hanya saya yang membawa nasi bungkus.
Dari Ciwidey kami melanjutkan perjalanan, ke arah Rancabali. Supir saya tanya, apakah mau menjemput kami nanti sore, sekitar jam 15-an; setelah saya mengetahui supir ini menjalankan mobil milik bapaknya, dan tidak dikejar target setoran. Supir menyanggupi. Saya kemudian memberitahukan ke lokasi mana dia harus menjemput. Pada saat melewati belokan ke arah Kawah Putih, saya memberitahu supir bahwa dia nanti sore harus masuk ke arah Kawah Putih, sekitar jam 15-an, dan biaya untuk masuk akan saya tambahkan. Kami sendiri tidak masuk ke Kawah Putih, karena kami akan mulai pendakian dari perkebunan teh Rancabali dan akan berakhir di Kawah Putih.
Sekitar 20-menitan dari Ciwidey, kami sampai di perkebunan teh Rancabali. Setelah mengamati daerah yang kami lalui, dengan melihat ke arah Gunung Patuha, maka saya meminta supir untuk berhenti di daerah belokan yang cukup datar, dan pemandangan ke arah Gunung Patuha cukup baik, walaupun pada saat itu Gunung Patuha sedang tertutup kabut; tetapi karena saya masih yakin dengan medan yang dulu saya kenal, semasa mahasiswa, sekitar 15 tahunan yang lalu.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
- 10 Most Beautiful Places In Asia
- 3 Most Expensive Place In World Tour
- Adventure Hongkong
- Adventure India
- Adventure Indonesia
- Adventure Travel
- Bali Indonesia
- Canada fishing
- Malang Indonesia
- Pakistan adventure
- Sejarah Photoshop
- Singapore adventure
- Tempat wisata di Jawa Timur
- Tips Climbing
- Top Ten Places Of Interes In Melbourne Australia
- Why south America?
- Yogyakarta Indonesia